untuk sang hujan,
ingin kusampaikan terimakasih
karena kini kau tinggalkan basah tak berkesudahan di pelupuk, di pelipis, dan di sekujur tubuhku;
seminggu t’lah berlalu sejak hari itu:
hari kala hening pikirku bersaing dengan deru deras jatuhmu
hari saat aku beri pertanda bahwa aku belajar merela
melepas segala luka, menghapus seluruh perih, meluruhkan semua sakit—sejak jejak air matanya diteteskan di punggung tanganku, bersembunyi di antara ribuan rintikmu
kau sisakan cerita yang sama di ingatan aku dan dirinya
memaksa kami—pembenci ulungmu—merajut aksara, mengecam hadirmu malam itu
ia menjadi semakin enggan berjumpa denganmu,
dan aku berbalik dari segala rasa cinta akan tetesmu
hujan,
ada banyak mata yang merindumu
ada banyak hati yang mengharapmu
tapi tidak dengan aku dan dirinya
malam itu adalah luka, namun malam itu pula yang menjadi obat
untuk segala ketidakmungkinan disudahi dari segala jika
untuk segala ketidakpastian menemui titik dari tanda tanya
untuk segala harapan dibenturkan keras pada realita
untuk sang hujan,
ingin kusampaikan terimakasih
karena kini kau tinggalkan basah tak berkesudahan di netraku
mengandung segala cerita cinta yang pernah kubangun bersamanya,
yang kini menemui jalan buntu bersama jatuhmu
kau yang paling tahu:
air mata ini tentang bagaimana melepas—seperti kau yang jatuh dengan rela tanpa dendam
hujan, pergilah dari kenangan pahitku
jadikan kembali aku penyayang kedatanganmu yang sering tetiba begitu saja menghancurkan suasana, menemani kegalauan, menghadirkan masa lalu
akankah kau bawakan aku kisah yang memberi harapan indah?
dengan cinta yang lebih dekat realita
—ancilladiska
#dissays